====================
Alhamdulillaah, Ulangan Akhir Semestar (UAS) ganjil telah dilalui. Dilanjutkan Outing pada hari Rabu 20 Desember 2017. Dalam kesempatan ini STP (Sekolah Tahfidz Plus) SD KU (Khoiru Ummah) Ciledug berkunjung ke kota tua Jakarta. Tempat ini tidaklah biasa, bukan sekedar _destinasi_ untuk menghilangkan kepenatan sibuknya berbagai aktivitas masyarakat Jakarta dan sekitarnya, namun tempat ini banyak mengandung sejarah tentang kemajuan negeri Indonesia yang perlu diketahui oleh anak bangsa.
Perjalanan dari Tangerang menuju kota tua Jakarta saat ini sangat mudah di akses dan murah biayanya. Kami cukup menaiki Trans Jakarta dari Halte Puri Beta 2 Ciledug Tangerang menuju Halte Blok-M Jakarta Selatan, lanjut menuju Halte Kota Jakarta Pusat dengan biaya yang sangat murah, hanya Rp 3.500 /orang. Waktu yang ditempuh dari Ciledug ke kota tua sekitar satu setengah jam. Perjalanan Trans Jakarta yang begitu nyaman, lancar dan menyenangkan membuat siswa/i tak ingin turun.
Di kawasan kota tua ini terdapat 5 museum, yaitu Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Museum Fatahillah, Museum Seni Rupa, Museum Keramik Indonesia dan Museum Wayang yang berada di dalam satu area bersama beberapa gedung tua lainnya, antara lain Gedung Stasiun Kereta Api Kota, Gedung Pos Indonesia, Gedung Kerta Niaga dan Cafe Batavia.
Hampir setiap hari mulai pertengahan bulan Desember 2017 hingga menjelang Tahun 2018 ini, ditengah kawasan ini ramai dijadikan sebagai tempat kegiatan seni dan budaya Indonesia yang biasanya kegiatan ini hanya dibuka akhir pekan saja. Disini para pengunjung juga dapat melihat berbagai penampilan manusia-manusia unik yang bisa menjadi teman berfoto, juga bisa menyewa sepeda ontel lengkap dengan fasilitas topi lebar jaman belanda, hal ini semakin memperkuat nuansa tempo dulu dengan biaya sewa 20.000 per 30 menit.
Kamipun mengunjungi Museum Fatahillah, yang memiliki nama resmi Museum Sejarah Jakarta. Museum ini memberikan banyak informasi mengenai perjalanan panjang sejarah kota Jakarta, sejak masa prasejarah hingga masa kini. Taman yang berada di depan musium dinamakan taman Fatahillah diambil dari salah satu nama pahlawan Islam "Panglima Fatahillah" untuk mengenang jasa beliau dalam mendirikan kota Jayakarta.
Tahukah kalian, bahwa Jakarta yang kini usianya sudah 490 tahun, ternyata sudah 13 kali mengalami pergantian nama diantaranya:
1. Pada Abad ke-14 bernama Sunda Kelapa sebagai pelabuhan Kerajaan Pajajaran
2. Tanggal 22 Juni 1527 oleh Fatahilah, diganti nama menjadi Jayakarta
3. Tanggal 4 Maret 1621 oleh Belanda untuk pertama kali bentuk pemerintah kota bernama Stad Batavia
4. Tanggal 1 April 1905 berubah nama menjadi ‘Gemeente Batavia’
5. Tanggal 8 Januari 1935 berubah nama menjadi Stad Gemeente Batavia
6. Tanggal 8 Agustus 1942 oleh Jepang diubah namanya menjadiJakarta Toko Betsu Shi
7. Pada September 1945 pemerintah kota Jakarta diberi nama Pemerintah Nasional Kota Jakarta
8. Tanggal 20 Februari 1950 dalam masa Pemerintahan Pre Federal berubah nama menjadi Stad Gemeente Batavia
9. Tanggal 24 Maret 1950 diganti menjadi Kota Praj’a Jakarta
10. Tanggal 18 Januari 1958 kedudukan Jakarta sebagai daerah swatantra dinamakan Kota Praja Djakarta Raya
11. Tahun 1961 dengan PP No. 2 tahun 1961 jo UU No. 2 PNPS 1961 dibentuk Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya
12. Tanggal 31 Agustus 1964 dengan UU No. 10 tahun 1964 dinyatakan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya tetap sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia dengan nama Jakarta.
13. Tahun1999, melalaui UU No 34 tahun 1999 tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta, sebutan pemerintah daerah berubah menjadi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dengan otonominya tetap berada di tingkat provinsi dan bukan pada wilayah kota. Selain itu wilayah DKI Jakarta dibagi menjadi 6, yakni 5 wilayah kotamadya dan satu kabupaten administratif Kepulauan Seribu.
Banyak sejarah Jakarta yang menarik bisa kita dapati di museum tersebut.
Kunjungan kami lanjutkan ke Museum Bank Indonesia. Museum ini memberikan informasi dalam perjalanan sejarah bangsa yang dimulai sejak sebelum kedatangan bangsa barat di Nusantara hingga terbentuknya Bank Indonesia pada tahun 1953. Dan berbagai kebijakan Bank Indonesia, meliputi latar belakang dan dampak kebijakan Bank Indonesia bagi masyarakat sampai dengan tahun 2005.
Penyajiannya dikemas dengan memanfaatkan teknologi modern dan multi media, seperti display elektronik, panel statik, televisi plasma, dan diorama sehingga menciptakan kenyamanan pengunjung dalam menikmati Museum Bank Indonesia. Selain itu terdapat pula fakta dan koleksi benda bersejarah pada masa sebelum terbentuknya Bank Indonesia, seperti pada masa kerajaan-kerajaan Nusantara, antara lain berupa koleksi uang numismatik berbagai negara baik negara-negara Asia Tenggara maupun mata uang negara dibenua lainnya yang ditampilkan juga secara menarik.
Koleksi Mata uang Dinar dan Dirhampun disini bisa kita lihat dengan sangat jelas dengan kaca pembesar yang terdapat dalam bingkai displaynya. Hal itu menunjukkan bahwa betapa kuatnya hubungan Nusantara dengan Kejayaan Islam masa Kekhilafahan Turki Usmaniy dengan memberlakukan kedua mata uang tersebut sebagai mata uang dunia.
Tak kalah menarik salah satu koleksi utama MBI adalah menampilkan tumpukan emas batangan. Setiap batang emas memiliki berat 13,5 kilogram, yang disimpan dalam ruangan dengan dinding kaca sangat tebal, inilah yang disebut dengan "Ruang Emas Moneter".
Menurut berbagai sumber ruangan tersebut di desain seakan-akan terletak di bawah tanah, untuk menggambarkan bahwa di era Belanda tumpukan emas tersebut disimpan di tempat yang aman dirancang sedemikian rupa agar orang yang masuk sulit bernapas. Wujud ruangan seperti brankas berukuran raksasa. Jika pintunya dikunci sekitar 15 menit, maka akan kehabisan oksigen. Ini salah satu cara untuk mencegah pencurian emas-emas yang ada didalam ruangan tersebut.
Tumpukan emas yang saat ini ada di MBI ternyata hanya replika saja, sementara batangan emas yang asli sekarang sudah disimpan di Kantor BI, karena tidak mungkin disimpan di MBI untuk mencegah pencurian.
_Masyaa Allah_, perjalanan yang sangat berkesan, walau cuaca sedikit diguyur hujan dan cukup melelahkan karena harus berkeliling jalan kaki dari museum satu ke museum lainnya, namun sepertinya Siswa/i Khoiru Ummah Ciledug masih belum puas menikmati kawasan ini, karena masih ada beberapa tempat bersejarah yang belum sempat kami kunjungi karena keterbatasan waktu.
Baiklah anak-anak, kalian masih bisa berkunjung kembali ke kota tua Jakarta yang bernilai sejarah ini bersama ayah bunda ya, ingat tiket masuk Museum Fatahillah, anak-anak 2.500 rupiah dan dewasa 5.000 rupiah. Sementara tiket masuk Museum Bank Indonesia hanya 5.000 rupiah/orang, jika ingin gratis tunjukan kartu pelajar kalian. kedua museum tersebut buka dari hari selasa sampai ahad, dan hari senin serta hari libur nasional tutup ya.
Jam sudah menunjukkan pukul 14.25 menit, rintikan hujan masih mengiringi perjalanan kami, sebenarnya masih asyik untuk bernostalgia di kota tua ini, namun untuk menghindari pulang dengan lalu lintas yang sangat macet dan membludak nya penumpang Trans Jakarta usai pekerja menjemput rizki Allah seharian. Maka kami bersiap untuk melakukan perjalanan menuju pulang.
Semoga Outing dengan Wisata murah, unik dan bersejarah di "Kota Tua" Jakarta yang kental dengan nuansa tempo dulu ini menjadi pengalaman menarik bagi Siswa/i dan semakin semangat belajar tuk menggapai cita-cita agar bisa berperan besar dalam membangun peradaban bangsa menjadi bangsa yang maju kembali, karena 2 modal khoiru ummah adalah kecerdasan dan kesholihan jiwanya yang In syaa Allah, mampu memberikan banyak manfaat bagi bangsa layaknya para pahlawan dahulu. Aamiin Ya Robbal 'Aalaamiin.
_________________________
Demikian Reportase Kami
'Program Outing'
STP SD Khoiru Ummah Ciledug