Teguran bahkan hukuman boleh diberikan pada anak, asalnya hal tersebut bisa mendidiknya dan tak menimbulkan trauma.
Anak-anak kerap kali bersikap tak terkontrol. Hal ini karena emosinya yang belum matang dan belum berpikir secara kompleks dan penuh pertimbangan. Bukan hanya anak balita tapi juga anak remaja.
Sebagai manusia, anak juga tak bisa luput dari kesalahan. Sebagai orangtua kita tentu tak mungkin membiarkannya. Justru dari kesalahan yang dilakukan, anak bisa belajar banyak.
Tugas orangtua adalah memberi tahu anak-anak bahwa tiap kesalahan ada konsekuensinya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Teguran bahkan hukuman boleh diberikan pada anak, asalnya hal tersebut bisa mendidiknya dan tak menimbulkan trauma.
Dalam hal memberi teguran pada anak, sangat dianjurkan untuk meneladani Nabi Muhammad SAW. Rupanya, Rasulullah telah mengajarkan kepada umat Islam untuk menegur kesalahan anak dengan lima cara berikut ini.
Teguran Langsung
Yaitu dengan melalui teguran secara langsung sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW kepada Umar bin Abi Salamah. Saat itu Umar memiliki kebiasaan mengulurkan tangan ke berbagai penjuru saat makan.
Lalu Rasulullah menegurnya dengan lembut sembari berkata, “Nak! Bacalah basmallah terlebih dahulu! Makanlah dengan tangan kanan dan mulailah dari yang di dekatmu!” (HR. Bukhari & Muslim)
Sindiran
Kedua, yaitu dengan melalui sindiran seperti yang beliau SAW lakukan kepada para anak didiknya. Saat itu beliau SAW menyindir dengan mengatakan, “Apa keinginan kaum yang menginginkan begini dan begitu?
Sesungguhnya aku shalat dan tidur, aku berpuasa dan berbuka, dan aku pun menikahi wanita. Maka, barangsiapa yang tidak senang dengan sunnahku, berarti dia bukan dari golonganku.” (Shahih Jami’ al-Shagir)
Perkataan pedas
Ketiga, yaitu melalui perkataan pedas apabila teguran dan sindiran sudah terasa tidak mempan. Suatu ketika, Rasulullah SAW pernah menegur secara pedas Abu Dzar al-Ghifari karena ia telah memaki seseorang dengan menyebut nama ibunya sehingga membuatnya malu.
Rasulullah SAW menegurnya dengan perkataan, “Wahai Abu Dzar! Apakah engkau telah mempermalukannya dengan menyebut nama ibunya? Sesungguhnya pada dirimu masih melekat sifat jahiliyah.” (HR. Bukhari)