Oleh: Ustadzah Hawilawati, S.Pd*
khoiruummahciledug.sch.id - Setiap orang tua pasti
mendambakan anak yang sholih dan cerdas. Untuk itu berbagai ikhtiar
dilakukan dengan memilihkan sekolah terbaik bagi mereka bahkan tak
sedikit orang tua berani bayar mahal dalam hal ini.
Namun
masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa ketika ia telah
menyekolahkan anaknya dari pagi hingga siang bahkan sampai full day
di sekolah, anaknya serba beres secara akademik dan akhlaknya.
Orang tua ingin tinggal terima bersih tanpa banyak ikut terlibat
dalam proses pendidikan dan tanpa perlu tahu bagaimana proses
perkembangan belajar anaknya.
Jika ada masalah yang terjadi padi diri anak, maka dilemparkanlah tanggung jawab itu ke sekolah. Apalagi jika mereka menyekolahkan anaknya pada sekolah mahal dengan biaya yang fantastis.
Perlu
dipahami bahwa model dan gaya belajar anak itu sangat beragam dan
dalam hal ini orang tua harus memahami persoalan. Namun realitanya,
orang tua kurang memahami gaya belajar hingga saat anaknya belajar
bersama orangtua di rumah, orangtua bingung trik apa yang harus
dilakukan agar anak tereksplore potensi dirinya. Bahkan semakin
bingung jika orangtua menghadapi anaknya yang mulai tidak
bersemangat atau tidak mood belajar.
Ada
sebagian orang tua yang menganggap bahwa sekolah itu tidak ubahnya
"laundry". Bagi mereka, sekolah menjadi tempat
"Membersihkan" ketidak sanggupannya mendidik anak di rumah
karena perilaku yang kerap menimbulkan masalah dan tidak sesuai
harapan orangtua. Orang tua semacam ini hanya pasrah tanpa mau
terlibat dalam pendidikan anaknya karena orang tua sudah
kewalahan dan capek.
Awalnya baik-baik saja namun akibat orangtua sibuk dengan segala urusannya dan anak pun diberikan segala fasilitas agar anteng di rumah. Penggunaan fasilitas seperti gadget sudah kebablasan hingga efeknya anak menjadi malas belajar, lama memahami instruksi, asyik dengan dirinya sendiri, tidak peka terhadap kondisi orang tua dan keluarga bahkan iapun tak bisa memahami bahaya.
Akibatnya
potensi diri anak tidak tereksplore secara optimal dan yang ada hanya
menjadi beban orangtua. untuk menormalkan kembali prilaku yang
demikian, tak sedikit orang tua yang akhirnya pasrah, yang
penting bisa diterima di sekolah tanpa mengevaluasi akar
permasalahannya.
Sebagai
sebuah perumpamaan, siswa yang sering kali berkata kotor (tidak
ahsan) ternyata itu didapat dari kebiasaan mendengar ucapan orang tua
yang kerapkali sumpah serapah atau berbicara tidak baik yang dengan
mudah diserap oleh si anak. Ujaran kotor dan tidak senonoh dari
anak-anak didik kita bisa juga dipengaruhi oleh lingkungan rumah di
mana anak bermain plus tontonan yang mungkin dilihat tanpa kontrol
orang tua di rumah.
Dengan
melihat akar persoalan ini, maka pihak orang tua dan guru mengambil
kebijakan proaktif untuk mengeliminir hal-hal yang paling
memungkinkan terpengaruhnya sang anak sehingga menyerap perkataan dan
perilaku buruk lainnya.
Pendidikan
anak- anak di rentang usia Sekolah Dasar (SD) ini memang memerlukan
pengawasan bersama antara orang tua dan pihak sekolah. Jika ditemukan
kasus anak yang berperilaku kurang baik, kedua belah pihak segera
memberi catatan untuk mengambil langkah langkah strategis yang dapat
mengeleminir dan memperbaiki perilaku tersebut. Tidak patut dalam hal
ini, salah satu pihak menuding bahwa perilaku anak tersebut
disebabkan oleh lemahnya kontrol salah satu pihak. Kedua pihak harus
melakukan kordinasi demi memperbaiki generasi ke depan.
Jadi,
dalam konteks ini, ada hal yang harus kompak diperbaiki secara
bersama tanpa harus saling menyalahkan karena sejatinya sekolah
dan orangtua adalah sahabat yang sedang mendesain arsitek peradaban
masa depan, sehingga harus pandai mengurai berbagai kasus yang
terjadi pada diri anak secara bijak dan mencari solusi terbaik.
Kedua
pihak secara arif dan bijaksana hendaknya terbuka untuk mencari
sumber penyebab mengapa si anak berkata kotor dan berperilaku kurang
baik. Bila faktor penyebab ditemukan dan bersumber dari rumah atau
lingkungan, maka pihak orangtua harus bisa mengevaluasi dan
memperbaikinya. Begitupun jika sumber kasus didapat dari sekolah
segera urai masalah dan cari solusi terbaik sehingga antara orangtua
dan sekolah menjadi sebuah sinergi untuk dan demi kebaikan si anak.
Beberapa
hal penting yang harus dibangun antara pihak sekolah dan orangtua :
1.Niatkan
karena Allah, luaskan orientasi pendidikan hingga ilmu mampu dibawa
ke akhirat. sehingga orangtua harus bersyukur ketika menyekolah anak
lebih banyak mendapat muatan ilmu agama yang banyak di sekolah.
2.Percayakan
pendidikan kepada pihak sekolah dengan membangun komunikasi yang baik
terhadap perkembangan belajar anak. Jika ada sesuatu yang belum
sejalan antara pihak sekolah dan orang tua haruslah bicarakan
langsung kepada pihak sekolah tidak membuat status galau dan resah di
sosmed yang belum tentu terselesaikan.
3.
Orang tua harus siap berperan penuh tatkala anak-anak berada dalam
rumahnya (tidak abai) sesuai dengan pola harian (kegiatan harian
siswa) mengontrol seluruh aktivitas mulai bangun tidur hingga tidur
kembali.
4.Tanamkan positive
thinking apapun yang terjadi dalam poses belajar anak tanpa
mengabaikan kasus yang dihadapi.Tak hanya anak saja yang harus
sungguh-sungguh dan sabar belajar, orang tuapun harus sabar menikmati
proses belajar anak-anaknya, karena dalam memahami sebuah ilmu atau
instruksi saja anak butuh waktu (tidak instan) apalagi untuk
menjalankan sebuah amalan juga butuh motivasi terus menerus agar anak
ringan melakukan amalan tersebut menjadi habit.
5.Doa
tulus orangtua dan guru menjadi kunci sukses keberhasilan belajar
anak.
Pendidikan
itu merupakan seni dan kerjasama antar sekolah dan pihak orang tua.
Semakin baik seni dan kordinasi yang dibangun, maka semakin harmoni
pendidikan yang didapat anak didik kita ke depan.
Pendidikan
di sekolah itu adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah proses itu
sangat bergantung dari bagaimana hubungan yang dibangun antara pihak
sekolah dan orang tua siswa. Semoga para orang tua bersama sekolah
mampu membangun harmonisasi ini demi mendidik generasi dengan
baik ke depan.
Kesepahaman
dalam visi dan misi mendidik ini menjadi penting dalam proses
mendidik siswa/i dengan penuh kesabaran hingga mereka tumbuh menjadi
pribadi unggul yang mampu mempertanggung - jawabkan segala
perbuatannya di hadapan Allah.[]