khoiruummahciledug.sch.id - Pahlawan tanpa tanda jasa. Yaa, itulah guru. Masyarakat secara umum memandang profesi guru sedemikian rupa, walau di beberapa kota konon ‘kesejahteraan’ guru sudah mulai membaik, alhamdulillaah. Memang bila membayangkan “guru” terlintaslah sosok bersahaja dalam sekian perjalanan hidup kita. Bayangkan,... apa jadinya bila dalam kehidupan kita ini tidak pernah bersentuhan dengan guru sama sekali. Bukankah ilmu sampai ke kita dengan perantaraan guru. Boleh dikatakan tiada seseorang yang bisa mencapai keberhasilan tanpa andil dari guru disampingnya, entah guru itu adalah orang tua, teman, saudara kandung atau guru sekolahnya sekalipun. Pendek kata sosok guru diakui atau tidak, masih memiliki tempat di hati masyarakat.
Sesungguhnya guru tidak sekedar sebagai penyampai ilmu (transfer ilmu) melainkan juga penyampai nilai (transfer nilai) yaitu nilai-nilai keteladanan dan kebaikan lainnya. Sungguh dua sisi yang boleh dikata tidak dimiliki profesi lainnya.
Hingga kini keberadaan dan kehadiran guru tetap dinanti. Mereka sangat dibutuhkan untuk menyiapkan generasi mendatang. Apalagi di era disruptive / era digital yang membuncah menembus semua elemen kehidupan saat ini. Guru pun harus siap Move On menghadapi perkembangan jaman yang cepat berubah ini.
Saat ini kita pun menjumpai sebutan guru seperti guru spiritual, guru bisnis, guru kehidupan, guru bimbel, guru ngaji dan sebagainya. Apapun sebutannya, mereka toh tetap sebagai guru yang mengajarkan aneka disiplin ilmu dan pengalamannya.
Guru dalam timbangan Islam
Guru adalah sosok manusia mulia. Mereka mengajarkan keteladanan, pengalaman juga tentunya keilmuan kepada murid-muridnya. Dari sudut pandang keilmuan, mereka laksana cahaya yang menerangi kegelapan ummat. Dari sudut pandang kecerdasan, mereka laksana orang cerdas yang memberantas kebodohan manusia. Walau suka duka tentunya turut mewarnai semua proses pembelajaran seiring dengan amunisi keshabaran plus keikhlasan tingkat dewa yang harus dipunya guru.
Sejarah telah membuktikan bahwa Islam sangat memuliakan guru. Pada masa kejayaan Islam diantaranya jaman Khalifah Umar bin Khaththab, negara pernah memberikan gaji kepada guru TK saat itu sebesar 15 Dinar ( 1 Dinar = 4,25 gram emas). Bila harga 1 gram emas = Rp 705 ribu (29/8/2019), maka gaji guru TK tersebut sekitar Rp 45 juta per bulan. Bagaimana dengan guru jenjang di atasnya, luar biasa. Bandingkan dengan gaji guru kita saat ini.
Allaah SWT pun begitu memuliakan guru. Berikut dalilnya :
‘Sesungguhnya Allaah, para malaikatNya dan semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, sampai semut yang ada di liangnya dan juga ikan besar, semuanya bershalawat kepada muallim (orang yang berilmu dan mengajarkannya) yang mengajarkan kebaikan kepada manusia’. (HR. Tirmidzi).
‘Allaah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan mengangkat orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.’ (TQS Al-Mujadilah : 11)
Menuntut ilmu sudah jelas merupakan kewajiban Muslim dan tentu saja mengajarkan suatu keilmuan merupakan kemuliaan tersendiri. Kenyataannya banyak hal yang kita pelajari sangat butuh bimbingan dan arahan guru. Inilah mulianya profesi guru. Dengan ilmu yang dikaruniakan oleh Allaah SWT, guru bisa menjadi perantara manusia untuk mendapatkan petunjuk menuju kebaikan di dunia dan akhirat.
Guru sejati tentu tidak berhenti dan puas hanya mengejar karir, namun akan menjadikan dirinya sebagai ‘agen perubahan’ terhadap murid-muridnya agar berubah dari yang tidak mengerti menjadi mengerti, dari yang kurang cerdas menjadi cerdas, dari yang ahli maksiat menjadi tobat dan ahli amal sholeh, dari pemalas menjadi rajin, dari yang tidak semangat menjadi semangat, dari yang tidak sopan menjadi santun. Singkat kata guru sejati akan terus berupaya menjadikan siswanya berubah menjadi lebih baik.
Dengan demikian profesi guru sangat mulia dan punya peranan sangat penting terhadap proses pencerdasan ummat. Guru yang sejati tidak akan menyia-nyiakan profesi ini dan akan memaksimalkan perannya sebagai ladang amal sholeh untuk diri dan orang lain. Kesadaran utuh yang demikian akan menjadikan dirinya tetap semangat dan istiqomah dimanapun berada. Ujung kaki hingga ujung rambutnya, tatapan mata dan ucapannya termasuk segala bahasa tubuhnya akan menjadi teladan dan bisa mempengaruhi orang di sekitarnya.
Memuliakan guru merupakan akhlaq terpuji dan merupakan ciri insan beradab. Semoga kita semua bisa mencintai dan menghormati guru dengan sepenuh hati. Wallaahu a’lam.
Penulis: Sugihmoro
(Praktisi Pendidikan, Founder STP Khoiru Ummah Ciledug & Trainer Guru)