Oleh : Ustadzah Hawilawati, S.Pd
(Praktisi Pendidikan di Sekolah Tahfizh Plus SD Khoiru Ummah Ciledug)
|
KHOIRUUMMAHCILEDUG.SCH.ID - Sebagaimana nasihat emas Imam Syafi'i penuh hikmah dibawah ini. baik sekali jika kita renungkan maknanya.
Merantaulah….
Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri orang).
Merantaulah…
Kau akan dapatkan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan (kerabat dan kawan).
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan..
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh menggenang.
Singa jika tak tinggalkan sarang, tak akan dapat mangsa..
Anak panah jika tak tinggalkan busur, tak akan kena sasaran.
Jika matahari di orbitnya tak bergerak dan terus berdiam..
tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang.
Bijih emas tak ada bedanya dengan tanah biasa di tempatnya (sebelum ditambang).
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.
Jika gaharu itu keluar dari hutan, ia menjadi parfum yang tinggi nilainya.
Jika bijih memisahkan diri (dari tanah), barulah ia dihargai sebagai emas murni.
Merantaulah…
Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri orang)
Demikianlah betapa kuatnya nasihat beliau bagi pemburu ilmu agar berani merantau ke negeri orang, merasakan ditempa pahitnya Tholabul Ilmi.
---
Mengapa Memilih Belajar di Al-Azhar Negeri Kinanah?
Sebagaimana hikmah yang diambil dari syair Imam Syafi'i diatas, tidak perlu kawatir jika generasi belajar ilmu keluar dari zona aman ke negeri luar, justru lelah dan pahitnya berjuang belajar di negeri luar akan terasa sangat nikmat dan manis jika menuai ilmu bermanfaat, akan mendapatkan orang-orang baru menggantikan yang ditinggalkan, ia akan memiliki banyak pengalaman bahkan ilmunya akan lebih bernilai plus, ibarat kayu gaharu biasa akan menjadi parfum yang lebih bernilai tatkala sudah keluar dari hutan.
Kita pun semakin merasakan bahwa saat ini kondisi seluruh negeri-negeri Islam memiliki atmosfir yang sama yaitu suasana kehidupannya yang sekuler, tersebab tiadanya tatanan kehidupan Islam yang dinaungi Khilafah Islamiyyah. Namun hebatnya kultur keilmuan di negeri kinanah tersebut masih tetap terjaga. Inilah yang menjadi satu dari berbagai alasan mengapa memilih study di Al-Azhar.
Universitas Tertua di Dunia
Al-Azhar sesungguhnya merupakan perguruan tinggi swasta yang dibangun sejak zaman Kekhilafahan Abbasiyyah yang dibiayai oleh waqaf dan dibangun tradisi belajar sejak ribuan tahun sampai hari ini. Dulu generasi Islam belajar di Masjid Al-Azhar, namun sejalan dengan perkembangannya dibangunlah lokasi Universitas untuk lokasi belajar para calon LC, Master ataupun Duktur.
Universitas Al-Azhar berawal dari pendirian masjid pada tahun 970 M (Masehi), oleh Dinasti Fatimiyah dan secara resmi diorganisir pada tahun 988 M. Pada saat itu, Kairo sudah ditaklukan oleh pasukan Fatimiyah pada tahun 969 M yang kemudian membangun sebuah masjid dimanakan Jami’ al-Qahira (Masjid Kairo). Pembangunan masjid ini berlangsung selama 2 tahun dan pertama kali digunakan untuk sholat pada saat 7 Ramadhan 361 H / 22 Juni 972 M.
Seiring berjalannya waktu, komplek masjid Jami’ al-Qahira diubah namanya menjadi al-Azhar. Nama al-Azhar berasal dari julukan Fatimah al-Zahra, putri dari Nabi Muhammad SAW dan istri dari Ali bin Abu Thalib. Sejak saat itu, Jami’ al-Qahira lebih dikenal dan diketahui dengan nama Al-Azhar. Lahirnya Al-Azhar sebagai lembaga Pendidikan dimulai pada saat dinasti Fatimiyah berada di puncak kejayaannya. Saat itu, dinasti Fatimiyah dipimpin oleh Abu al-Manshur Nizar al-Aziz pada tahun 975 M – 996 M.
Pada masa perkembangannya, Universitas Al-Azhar tidak hanya memiliki pembelajaran yang sebatas pada ilmu agama saja. Pada masa keemasannya di abad ke 14 dan ke 15, Universitas Al-Azhar mulai memberikan ilmu seperti ilmu kedokteran, matematika, astronomi, geografi, dan sejarah. Meskipun begitu, teologi dan hukum tetap menjadi studi dan penelitian utama yang difokuskan. Inilah pertengahan dari sejarah berdirinya Universitas Al-Azhar.
Ilmu Al-Azhar Menjadi Rujukan Pesantren
Mengutip perkataan KH.Hafidz Abdurrahman (Khadim Ma'had Syaraful Haramain Bogor) pada acara sharing belajar di Mesir yang diadakan oleh Ma'had Birulwalidain di Bogor bahwa "banyak sekali para ulama terdahulu yang berasal lulusan dari universitas tertua tersebut dan kita lihat tafsir jalalain dan mungkin syarahnya, tafsir ashowiy itu juga merupakan ulama Al-Azhar, Al-Bajuri itu ulama Al-Azhar yang materinya banyak dipakai dikalangan pesantren - pesantren, karena itu jika bisa saya katakan menjadi rujukan yang dipakai pesantren-pesantren hampir semua adalah produk Al-Azhar."
Jadi tak diragukan lagi ilmu syar'i di Al-Azhar hingga kini menjadi rujukan pesantren di negeri-negeri islam tak terkecuali di tanah air.
KH. Hafidz Abdurrahman pun menegaskan bahwa harus diketahui, kondisi belajar di negeri tersebut memang godaannya banyak sekali seperti administrasinya, lingkungannya, cuacanya dan memang ulama-ulama terdahulu Al-Bajuri, imam Suyuthi, Ibnu Hajar Al- Asqolani itu mereka berada di lingkungan khilafah.
Sementara saat ini diluar lingkungan Al-Azhar sangat dirasa kondisi sekulernya, sehingga generasi harus dibentengi dengan Aqidah Islam yang kuat sebagai standar perbuatan agar tidak terwarnai lingkungan yang serba bebas layaknya di Indonesia.
Sebelum memasuki tahapan study di Universitas Al-Azhar ada dua jalur yang bisa menjadi opsi diantaranya :
1.Program beasiswa dengan Mengikuti tes kemampuan di tanah air melalui Depag dengan syarat minimal lulus Aliyah atau SMA.
2.Program mandiri, yang study-nya mulai di Ma'had (sekolah SMP atau SMA di Mesir terlebih dahulu) setelah itu lanjut Universitas Al-Azhar.
---
Kali ini penulis hanya akan membatasi pembahasan pada study di opsi kedua, bahwa kebijakan pendidikan Ma'had (jenjang SMP dan SMA) di Mesir berbeda sekali dengan kebijakan di Indonesia.
Bagi pelajar asing yang akan melanjutkan belajar disana harus mengikuti berbagai tahapan tes/ujian.
Untuk opsi kedua, bisa dikatakan tidak berdasarkan nilai ijazah SMP dan SMA di Indonesia, karena syarat belajar tingkat Ma'had Al-Azhar harus mengikuti beberapa tes. Dan kerennya tidak akan ditemukan praktek riswah (suap) atau beli kursi, semua murni sesuai hasil tes calon pelajar.
Modal apa yang harus dipersiapkan bagi calon pelajar agar dapat mengikuti tes? Tentu adalah Bahasa Arab. Betapa penting Nahwu Shorof dalam hal ini, karena semua tes berbahasa arab.
Tujuan tes tersebut adalah untuk mengetahui kemampuan calon pelajar menguasai bahasa arab dalam menyelesaikan berbagai soal yang diujikan.
Adapun tahapan tersebut adalah:
1. Mengikuti Program Dirosah Khossoh (penyetaraan lughoh/bahasa) yang terdiri dari 6 level, diantaranya mubtadi awwal, mubtadi tsani, mutawasit awwal, mutawasit tsani, mutaqadim awwal dan mutaqadim tsani.
Yang masing-masing level di tempuh selama 6 pekan, sehingga dalam waktu maksimal 1 tahun semua level dalam program Dirosah Khossoh (DK) selesai dilalui para pelajar. Setiap pelajar akan ditempatkan di level DK sesuai dengan hasil tes
2. Jika pelajar sudah menyelesaikan DK maka selanjutnya akan mengikuti intiham (ujian) untuk penempatan level ma'had atau sekolah apakah layak ditempatkan di i'dadi (selevel SMP) atau Tsanawiy (seleval SMA).
Ujian kenaikan level -pun terus dilakukan setiap setahun sekali dan jika pelajar memiliki kesiapan yang baik serta mampu menyelesaikan berbagai soal yang diujikan bisa berpeluang lompat tingkat (ekselarasi), lagi-lagi ini semua tergantung hasil tes. Adapun tingkatan level di Ma'had Al-Azhar ini adalah I'dadi awal, tsaniy, akhir dan Tsanawiy awal, tsaniy serta akhir.
3. Bagi pelajar yang sudah berada di level tsanawiy akhir maka akan berkesempatan belajar di Universitas Al-azhar.
Untuk mengikuti program DK tidak ada batas usia, yang terpenting kehadiran siswa saat DK memenuhi syarat, karena jika kehadiran tidak memenuhi ketentuan akan terancam drop out.
Perlu diperhatikan bahwa tatkala generasi study ke Mesir harus diperkuat dengan tujuannya disertakan proses pembinaan diri, agar serius dan fokus study.
Diluar Ada ribuan alumni Al-Azhar, namun mengapa tidak banyak memberikan kontribusi di negeri Islam? bahkan banyak yang kembali ke tanah air justru masih berfikir sekuler. Jangan sampai anak-anak kita pulang demikian bahkan menjadi liberal ataupun Syiah, Naudzubillah. Mengapa itu terjadi?
"Karena banyak yang belajar di Al-Azhar tidak melakukan proses pembinaan yg baik," Ujar KH.Hafidz Abdurrahman kepada ratusan orangtua pelajar Mesir di Bogor.
Ini yang harus digaris bawahi mau sekolah dimanapun generasi harus dibina intensif dengan pemikiran idiologis agar Syakhshiyyah Islamiyyah (pola pikir dan sikap islami) tertancap kuat dalam diri.
Adapun markaz-markaz yang ada di Mesir bagi anak-anak Indonesia berfungsi tidak hanya sebagai fasilitator pelajar Ma'had namun juga sebagai penanggungjawab untuk memberikan peri'ayahan (pengurusan) keperluan mereka, ibaratnya mudir/ah asrama sebagai orangtua mereka, sebagai mata dan telinga pelajar yang akan mengontrol pola harian pelajar (pola pikir dan tingkah laku) dengan pembinaan baik, karena memang mereka jauh dari orangtuanya sendiri sebagaimana di jelaskan oleh ustadzah Nilayati selaku Mudiroh Ma'had Birulwalidain.
Demikianlah tahapan belajar di Mesir bagi level SMP & SMA di Ma'had Al-Azhar.
Masa depan milik Islam, umat harus punya investasi hari ini. Agar dapat panen untuk masa depan. Tidak lain dengan mempersiapkan generasi faqih fiddin dengan ilmu agama yang mumpuni, sehingga kelak siap mengisi peradaban Islam dalam kejayaannya dan meluaskan betapa agungnya Islam dalam menyelamatkan peradaban dunia.
Allahu Akbar!
________________________________________________________________________
Alhamdulillah, lulusan Sekolah Tahfizh Plus SD Khoiru Ummah Ciledug (2016) yaitu ananda M. Alfi Syahrin bisa melanjutkan studinya di Mesir. Ananda setelah lulus dari STP SD Khoiru Ummah Ciledug sempat melanjutkan studinya di STP SMP Khoiru Ummah Bogor, di awal kelas 8 ini ananda dapat rezeqi bisa lanjut belajar ke Mesir. Selengkapnya di http://www.khoiruummahciledug.sch.id/2017/11/studi-ke-mesir.html
________________________________________________________________________
Alhamdulillah, lulusan Sekolah Tahfizh Plus SD Khoiru Ummah Ciledug (2016) yaitu ananda M. Alfi Syahrin bisa melanjutkan studinya di Mesir. Ananda setelah lulus dari STP SD Khoiru Ummah Ciledug sempat melanjutkan studinya di STP SMP Khoiru Ummah Bogor, di awal kelas 8 ini ananda dapat rezeqi bisa lanjut belajar ke Mesir. Selengkapnya di http://www.khoiruummahciledug.sch.id/2017/11/studi-ke-mesir.html