KHOIRUUMMAHCILEDUG.SCH.ID - Teknologi smartphone saat ini begitu dahsyat kemajuannya, smartphone canggih ini telah didesain dan diluncurkan sedemikian cantiknya.
Inovasi teknologi tersebut dihadirkan vendor smartphone untuk memikat para pengguna smartphone di seluruh penjuru dunia. Harga yang ditawarkan smartphone dengan inovasi teknologi tersebut cukup beragam.
Kehadiran smartphone awalnya ditujukan bagi pelaku bisnis dan usaha untuk mempermudah pekerjaan dan transaksi, baik antar merchant, klien dari satu wilayah ke wilayah lainnya, hingga mampu mengelilingi seluruh dunia. Kecanggihan itu di desain atas kebutuhan pasar.
Namun tak bisa dipungkiri, inovasi-inovasi terus dilakukan agar mampu menjaring bukan hanya pelaku bisnis namun menyasar ke keluarga millenial, sehingga dapat dengan mudah gawai tersebut merangsek ke pengguna mini alias anak-anak.
Sederet kecanggihan itu diciptakan untuk memanjakan sang empunya, agar seluruh dunia dapat diakses hanya lewat genggaman tangannya. Termasuk ratusan aplikasi-aplikasi yang menarik mata si buah hati.
Smartphone idealnya memang digunakan oleh individu yang telah mapan pemikirannya serta memahami kegunaan smartphone tersebut. Namun, saat ini kita temukan smartphone telah membius generasi-generasi muda kita.
Hampir disetiap sudut tempat, entah itu dipusat perbelanjaan, stasiun, terminal dan jalan-jalan akan kita temukan anak-anak usia balita dan sekolah pasti memegang gawai tersebut, entah hanya untuk menonton atau asyik main game. Dan parahnya, itu semua terjadi tanpa pengawasan dari orang tua. Dan yang lebih mengkhawatirkan, gawai-gawai tersebut diberikan orang tua kepada balita untuk mengalihkan kerewelan sang anak.
Kini, nasi sudah menjadi bubur. Ketidaksiapan ilmu dan agama dari orang tua menyebabkan banyaknya permasalahan yang dihadapi keluarga-keluarga bahagia pada awalnya. Karena smartphone menyebabkan anak tidak menurut, berkata kasar, lalai akan tugas sekolah, kecanduan games, hingga ditemukan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat merawat ratusan anak yang mengalami gangguan jiwa, akibat kecanduan gadget atau gawai. Dan berbagai kasus lainnya tak terkecuali berhubungan bebas tanpa batas akibat tontonan pornografi dan pornoaksi yang bisa diakses lewat smartphone tersebut dengan mudahnya.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia ( APJII) mencatat bahwa sebanyak 64 persen penduduk Indonesia merupakan pengguna internet aktif, dan mereka ada dibatas usia 15-19 tahun.
Sungguh memprihatinkan melihat sebagian generasi kita saat ini, generasi konsumeris yang terperangkap didalam kehidupan hedonisme, yang hanya mampu membebani orang tua dengan rayuan atas keinginan barang-barang canggih yang dipajang hampir di setiap etalase, bukan hanya di mall namun di ribuan merchant online yang bertaburan dan menggiurkan mata memandang. Dengan dalih sayang anak para orang tua tanpa berpikir panjang dengan mudahnya langsung memberikan barang tersebut.
Generasi Tiktok
Dulu, yang ada hanya generasi kreatif. Bermain dilapangan sejak pulang sekolah hingga waktu senja akan tiba. Lapangan, surau dan sawah menjadi tempat bermain dan belajar yang menyenangkan dan tanpa biaya. Kaki-kaki tak berdosa tanpa alas kaki asyik menyeret langkah ditanah tanpa beban, lepasnya tawa dan canda begitu riang terdengar. Teriakan pemain bola kampung menambah semarak kala itu.
Kini, hanya segelintir kebahagiaan tersebut yang bisa kita temui. Saat ini anak-anak asyik main sendiri dengan gawai canggihnya. Sepi, tak terdengar lagi kemeriahan suara mereka bermain bersama.
Tik tok hanya salah satu aplikasi yang didesain untuk hiburan lucu-lucuan, namun sadarkah kita bahwa anak-anak kita tak lagi kreatif dan berpikir maju. Tanpa disadari mereka hanya menjadi generasi pembebek yang menirukan gerakan dan nyanyian tanpa arti.
Siapkah kita dengan kondisi yang ada saat ini, anak-anak kita tak lagi mampu berdiskusi dan bercengkrama dengan fasih dan lantang, berbicara santun dengan orang tua. Kuatkah anak-anak kita dengan pemahaman yang dimilikinya saat ini?.
Seharusnya generasi saat ini bisa menjadi aset dalam industri teknologi mendatang yang siap menghadapi RIN 5.0 yaitu industrialisasi teknologi informasi berbasis Artificial Intelligent (AI). Dan kelak mereka yang seharusnya menjadi ahli-ahli IT yang tidak sekadar cakap mencipta namun mempunyai karakter pribadi yang kuat dan sholeh serta siap menerima kecanggihan informasi bukan hanya sekadar generasi konsumeris dan pembebek.
Smartphone bukan barang haram, ia hanya barang yang didesain untuk kemudahan bekerja. Namun jika kita berlebihan memperlakukannya, maka kita dan anak-anak akan hancur dalam kewarasan bertindak. Bijaklah menerima kecanggihan teknologi, salah-salah keluarga kita dan generasi masa depan kita yang akan menjadi korbannya.
Menyiapkan Generasi Siap Teknologi
Bagaimana kita bisa mempersiapkan generasi muda menghadapi kecanggihan teknologi khususnya smartphone?
Ada beberapa langkah bagi orang tua agar dapat membekali sang buah hati agar dalam kondisi aman, diantaranya :
1. Kenalkan kecanggihan teknologi informasi smartphone sedetil mungkin hingga menjelaskan kebaikan serta keburukannya.
2. Siapkan dengan pemahaman ilmu agama yang kuat, sehingga mereka mampu menilai kegiatan yang baik dan bermanfaat.
3. Bagi anak-anak yang memiliki kemampuan lebih didalam teknologi ini orang tua bisa melakukan pendampingan ekstra, pilihlah kegiatan-kegiatan apa saja yang bisa dilakukan anak dengan basis teknologi informasi, seperti robotic atau belajar menjadi penulis di wattpad.
4. Pengawasan dan pendampingan orang tua akan lebih dibutuhkan, agar anak-anak bisa dipilihkan mana situs-situs atau aplikasi yang aman untuk anak.
5. Durasi penggunaan smartphone wajib disampaikan agar anak-anak tidak serampangan mempergunakan tanpa batasan waktu hingga berujung kepada kecanduan.
Jika semua pihak memahami baik dan buruknya kecanggihan teknologi sudah barang tentu kita akan bijak mempergunakannya. Dampingi generasi kita agar menjadi generasi kreatif, bukan generasi pembebek.
Ingatlah wahai orang tua bahwa anak tergantung bagaimana kita mendidik dan menjaganya.
Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata :
“Didiklah anakmu, karena sesungguhnya engkau akan dimintai pertanggungjawaban mengenai pendidikan dan pengajaran yang telah engkau berikan kepadanya. Dan dia juga akan ditanya mengenai kebaikan dirimu kepadanya serta ketaatannya kepada dirimu.”
(Tuhfah al Maudud hal. 123).
Penulis: Ustzh. Diah Winarni, S.Kom
Praktisi Pendidikan di STP SD Khoiru Ummah Ciledug
Penulis: Ustzh. Diah Winarni, S.Kom
Praktisi Pendidikan di STP SD Khoiru Ummah Ciledug