Khoiruummahciledug.sch.id - Kemampuan literasi merupakan hak setiap orang dan merupakan dasar untuk belajar sepanjang hayat. Literasi memang tidak bisa dilepaskan dari bahasa. Seseorang dikatakan memiliki kemampuan literasi apabila ia telah memperoleh kemampuan dasar berbahasa, yaitu membaca dan menulis.
Dilansir kominfo.go.id, Menurut data UNESCO, minat membaca masyarakat Indonesia sangatlah rendah bahkan memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.
Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019. Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. (Kemendagri.go.id)
Disisi lain, lembaga riset digital marketing Emarketer telah memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif gadget di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif gadget terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika. Menurut data wearesocial per Januari 2017 mengungkap meskipun orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari, namun minat baca buku masih sangat rendah, ironis.
Mengapa minat literasi di kalangan masyarakat termasuk didalamnya adalah generasi muda sangat rendah ? Tentu ada beberapa faktor, diantaranya : minat literasi tidak dibudayakan sejak kecil, apalagi era digital seperti ini generasi Z dan Alpha lebih interest dengan gadget ketimbang buku, sebab banyak orang tua yang lebih memfasilitasi anak-anaknya agar anteng di rumah dengan gagdet.
Pun dunia pendidikan, di era digital seperti ini, metode pembelajaran masih dirasa hanya sekedar transfer ilmu saja, kurang mensupport generasi dengan program nyata untuk menumbuhkan minat literasi. Lebih mensupport pengembangan skill anak melalui digital, sebagai contoh game online mendapat ruang istimewa yaitu masuk kompetisi nasional yang di kenal e-sport, namun bagaimana dengan literasi?
Beberapa sebab diatas, maka sangat wajar generasi tidak interest membaca dengan kata lain malas membaca. Sebab pihak yang seharusnya berperan besar untuk menumbuhkan minat literasi, kurang serius mengarahkannya.
Sekalipun sudah mulai muncul minat membaca, pilihan bacaan generasi harus terus di evaluasi, banyak dikalangan generasi lebih suka membaca konten unfaedah atau tidak sesuai dengan level berfikir generasi, lebih cenderung membaca buku dengan narasi percintaan semu, cerita fiktif penuh imajinasi, cerita mistik atau horor, yang lebih berbahayanya banyak beredar novel percintaan di dunia maya yang berisikan kehidupan pergaulan bebas, sehingga generasi bahkan anak-anak mudah sekali mengaksesnya, tentu hal ini akan merusak pemikirannya, tidak mengasah kecerdasan generasi terhadap upaya preventif, kuratif dan solutif dalam menghadapi kehidupan nyata yang terjadi di lingkungan masyarakat atau negaranya, bahkan tidak menjadikan generasi semakin Sholih jiwanya, sehingga generasi kurang mampu berperan sebagai agen of change, malah justru lebih menjadi generasi rapuh yang penuh imajinasi yang tidak masuk akal atau besar angan-angan.
Apa yang dibaca generasi pada hari ini, sebanding lurus apa yang akan dipikirkan. Disinilah pentingnya mengarahkan minat literasi dengan konten yang berkualitas, mampu menanamkan konsep atau informasi yang benar. Bagi generasi islam tentu tulisan berkualitas adalah segala ilmu yang mampu menjadikan generasi sebagai insan terbaik dan semakin meningkatkan ketaatan kepada Allah, dengan ilmu apa yang dibaca dan dipahami mendorongnya untuk berbuat segalan amalan sholih yang dicintai Allah.
Membaca adalah jembatan ilmu, untuk menghubungkan pengetahuan dengan dunia nyata. Bahkan, ada pernyataan lain bahwa membaca adalah jendela dunia, dengan buku kita bisa melihat apa yang terjadi di dunia, tanpa kita melakukan perjalanan keliling dunia secara langsung. Sebab itu membaca salah satu bagian dari literasi yang sangat penting bagi generasi Khoiru ummah. Agar kelak dengan literasi generasi menjadi insan cerdas, memiliki kekayaan ilmu, bahkan bisa menelurkan berbagai karya tulis.
Sejatinya dengan literasi, generasi bisa mengetahui sejarah kehidupan masa lalu, kehidupan masa Nabi dan Rasul, Tabi'in, Tabiut Tabi'in atau Salafus Salih, banyak shiroh yang bisa diambil ibroh untuk kehidupan saat ini, hingga ilmupun bisa menjadi arah untuk melakukan perbuatan, bahkan dengan ilmu yang dibukukan maka peradaban manusia akan mudah tersampaikan untuk generasi selanjutnya. Jadi tulisan merupakan bentuk rekaman sejarah yang dapat diwariskan dari generari ke generasi, bahkan hingga berabad-abad lamanya.
Hebatnya, dengan minat yang tinggi untuk membaca dan mempelajari segala sumber hukum Islam (Al-qur'an, Al-Hadits, Ijma dan Qiyas), kitapun akan tahu kunci keberhasilan sebuah peradaban manusia, tahu berbagai hukum perbuatan, permasalahan dan juga solusinya dengan benar, dan tahu kabar gembira untuk orang beriman dengan gambaran kehidupan surga dan kabar menakutkan bagi orang yang ingkar kepada Allah dengan gambaran kehidupan neraka, sehingga manusia senantiasa berada dalam kehati-hatian dalam berbuat serta berlomba dalam kebaikan sebagai bekal menuju kehidupan yang sesungguhnya (akhirat).
Bangsa yang sangat peduli terhadap generasi dan masa depannya, maka akan sangat menghargai ilmu agar senantiasa terjaga melalui minat literasi sampai mampu menghasilkan karya brilian, seperti halnya di masa kejayaan Islam yang telah 13 Abad lamanya memimpin peradaban dunia, hingga sistem pendidikannya menjadi role model saat itu, membangun berbagai perpustakaan yang mengoleksi jutaan hasil karya para alim ulama yang siapapun bebas untuk membacanya.
Salah satu pemimpin Islam yang sangat mengapresiasi dunia literasi adalah dengan mendirikan Bayt al-Hikmah merupakan perpustakaan umum pertama di Bagdad yang sekaligus akademi di Negara Islam. Penerjemahan karya-karya filsafat, kedokteran, astronomi, matematika, dan lain-lain yang berasal dari Yunani, Persia, dan India terjadi secara besar-besaran pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid (khalifah ke-lima dari Bani Abbasiyah) dan Khalifah al- Ma’mun.
Tidak berhenti sampai disitu, Khalifah juga sangat mengapresiasi bagi siapapun yang telah menelurkan hasil karya literasi seperti kitab. Sampai suatu ketika ada penulis kitab yang datang ke khalifah Harun Ar-Rasyid, dibayarlah penulis kitab tersebut seberat timbangan bukunya dan dibayar dengan berat emas yang setara berat buku tersebut. Pada masa beliau, dana pemerintahan islam digunakan untuk pendidikan, penelitian. Sehingga pada masa bani abbasiyah ini banyak lahir para ilmuwan Islam terkemuka , seperti Ibnu Sina (bapak kedokteran islam), Ibnu Khaldun (bapak ekonomi islam), Al Khawarizmi (bapak akuntansi islam). Maka pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid dikenal sebagai masa kejayaan ilmu pengetahuan.
Apa yang terjadi di masa kejayaan islam di masa lalu, yang sangat menghargai literasi dan ilmu pengetahuan, sehingga islam menjadi rujukan pendidikan di mata dunia, maka hal itu sangat mungkin terulang kembali, kita akan menjadi bangsa yang maju yang dapat melahirkan ilmuwan, inovator di masa depan, jika bangsa ini memberikan ruang seluas-luasnya terhadap perkembangan minat literasi dan menghargai ilmu pengetahuan.
Adapun cara menumbuhkan minat literasi kepada generasi adalah mulai dari menyukai buku sedari dini dengan mengajaknya ke perpustakaan, pameran buku atau pasar buku, dan dunia pendidikan sangat berperan besar untuk mengarahkan generasi dan memberikan segala fasilitas yang dibutuhkan, misal membuka pelatihan menulis, memberikan kemudahan generasi untuk menebar tulisannya ke berbagai media cetak atau online sebagai salah satu aktivitas amar makruf nahiy munkar, dan memberikan ruang kreativitas literasi dengan membukukan gagasan yang telah ditulisnya.
Dalam kesempatan ini, Ekskul bahasa siswa/i STP SD Khoiru ummah Ciledug adalah berkunjung ke Perpustakaan Nasional RI yang terletak persis di depan Gedung Monumen Nasional (Monas), Jl. Medan Merdeka Sel. No.11, RT.11/RW.2, Gambir, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110.
Sebagian besar perkantorannya berlokasi di Jalan Salemba Raya No. 28A. Perpustakaan Nasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Perpustakaan Nasional RI yang yang didirikan pada tanggal 17 Mei 1980 (42 tahun lalu) merupakan gedung perpustakaan tertinggi di dunia dengan ketinggian 126,3 meter, terdiri 27 lantai, termasuk tiga lantai parkir bawah tanah (basement).
Perpustakaan ini sangat recommended sebagai salah satu pilihan tujuan edukasi anak, selain tempatnya nyaman, bersih dan tidak berbayar, juga strategis yang dapat dijangkau menggunakan bus Transjakarta, turun persis di depan gedungnya, dengan biaya transportasi yang sangat murah.
Perpustakaan buka setiap hari Senin -Jum'at mulai pukul 08.00 - 21.00 WIB, dan Sabtu -Ahad pukul 08.00 - 16.00 WIB. Perpustakaan tutup, saat cuti bersama dan libur nasional. Namun untuk ruangan buku khusus anak yang berada di lantai 7, setiap harinya buka hingga pukul 16.00 WIB.
Yuk Ayah Bunda, tumbuhkan minat literasi ananda sedari dini, hal ini selain mencerdaskan anak dengan mengenalkan berbagi ilmu, juga salah satu upaya membiasakan ananda beraktivitas menyenangkan tanpa harus dengan gadget.